Kajian Linguistik Nabi Ibrahim/Abraham

Jejak Abrahamic Faith: Kajian Kultur Semitic




Berdasarkan kajian bahasa/studi linguistik, studi agama-agama Abrahamic tidak dapat dinafikan dari peranan sosok Abraham/Ibrahim yg telah menjadi figur sentral dan soko guru keagamaan rumpun Semitik, yakni agama Yahudi, Kristen dan Islam. Bahkan, tdk jarang perdebatan keagamaan di antara ke-3 agama besar ini melahirkan klaim "merasa paling benar sendiri." Maka, tdk ada jalan lain bila perdebatan teologis berbasis KITAB SUCI mengenai sosok Abraham ini harus dapat diuji dan dikritisi berdasarkan data2 arkeologis, filologis dan sumber sejarah kritis serta sumber2 data non-keagamaan utk merekonstruksi historisitas sosok Abraham. 

Fakta historis membuktikan bahwa Abraham berasal dari Mesopotamia yang menggunakan tuturan bahasa Akkadia. Pada beberapa arsip lempengan tanah liat yakni El-Amarna Tafeln, ternyata telah disebutkan adanya kaum Habiru atau Apiru. Secara fonologis kedua istilah dalam bahasa Akkadia ini mirip dng istilah dalam bhs Ibrani, yakni 'Ibri (orang Ibrani). Menurut kajian linguistik,terutama kajian etimologi (akar kata), istilah Habiru dalam bahasa Akkadia bermakna 'kaum yg menyeberang" dan istilah Apiru dalam bhs Akkadia bermakna "tanah debu". Istilah Apiru dalam konteks ini terkait dng penanda identitas sosial pada zamannya yg merujuk pada masyarakat kelas pinggiran/lapisan sosial terbawah. Jadi istilah Habiru dan Apiru dalam bahasa Akkadia tidak ada sangkut pautnya dng "komunitas yg menggunakan tuturan bahasa Ibrani" sebagaimana klaim kelompok Kristen Messianic pimpinan Pdt.Teguh Hindarto yg menyatakan bahwa bhs Ibrani adalah BAHASA TUHAN yg dituturkan sejak zaman Adam hingga zaman Perjanjian Baru. Bahkan Abraham pun - menurut Pdt. Teguh Hindarto  -  juga penutur bahasa Ibrani. Lihat karya Teguh Hindarto, Bahasa Tuhan: Benarkah Tuhan Berbicara dng Adam dan Hawa dalam Bahasa Ibrani? (Yogyakarta: ANDI Offset, 2004). Klaim teologis Kristiani ini terbantahkan berdasarkan tiga pembuktian: (1) kajian dokumen Rabbinic/studi dokumen/tulisan para Rabbi Yahudi era para geonim, (2) kajian arkelogis berdasarkan inskripsi, (3) kajian linguistik komparatif.


Pertama: Kajian Dokumen Rabbinic

Rashi (Rabbi Shlomo ben Yitzhaq), seorang penafsir Torah dan Talmud pada masa/era Geonim, yg dianggap otoritatif dalam tradisi agama Yahudi menyatakan bahwa Abraham disebut sbg 'Ibri bukan berarti bahwa Abraham penutur bahasa Ibrani, tapi karena tindakannya yg menyeberangi/melintasi sungai Efrat. Berkaitan dng tafsiran teks Sefer Bereshit (kitab Kejadian) 14:13, Rashi menyatakan: Avram ha-'Ibri syeba me 'ever ha-nahar (Abram the Hebrew this means that he came from across the River/ Abram orang Ibrani maknanya bahwa Abram telah datang dng cara melintasi sungai itu). Istilah ha-Nahar yg dimaksud oleh Rashi tersebut adalah sungai besar Efrat.  Jadi sungai besar yang diseberangi oleh Abraham tersebut merujuk pada sungai Efrat, di Mesopotamia, sebagaimana yang tercatat dalam kitab Yosua 24:1-3). Dengan demikian, istilah 'Ibri (Hebrew) dalam teks kitab Kejadian 14:13 tdk merujuk pada makna eksistensi bahasa Ibrani, tetapi mengacu pada tindakan Abraham yg menyeberangi/melintasi (Hebrew: 'ever) sungai Efrat karena Abraham sendiri adalah orang Aram (Kejadian 24:4; Kejadian 24:10; Ulangan 26:5; Yosua 24:1-3).

וְעָנִיתָ וְאָמַרְתָּ לִפְנֵי יְהוָה אֱלֹהֶיךָ, אֲרַמִּי אֹבֵד אָבִי, וַיֵּרֶד מִצְרַיְמָה, וַיָּגָר שָׁם בִּמְתֵי מְעָט; וַיְהִי-שָׁם, לְגוֹי גָּדוֹל עָצוּם וָרָב.
Ve ‘anita ve amarta le-feney HASHEM Eloheykha Arammi over avi, va yered Mitzrayemah, va yagar sham bi-metey me’ath va yehi sham le goy gadol ‘atzum ve rav (Sefer Devarim 26:5).


Kemudian di hadapan ALLAH Tuhanmu, engkau harus mengucapkan kata-kata ini: 'Ya ALLAH, nenek moyangku seorang Aram pengembara (Arami over avi). Ia membawa keluarganya ke Mesir untuk tinggal di sana sebagai pengungsi. Ketika pergi ke sana jumlah mereka hanya sedikit, tetapi mereka menjadi bangsa yang besar dan kuat.


Kedua: Kajian Arkeologis
Para ahli bahasa Timur Tengah menyatakan bahwa bahasa Akkadia adalah bahasa Aram kuno yg telah diakui sbg lingua franca (bahasa perdagangan) oleh masyarakat yg dipakai di kawasan Asia Barat bahkan Afrika Timur. J.A. Knudtzon, seorang arkeolog asal Jerman dalam bukunya yg berjudul Die El Amarna Tafeln mit Einleitung und ErlSuterungen (Leipzig, 1915) dan Anson Rainey dalam bukunya yg berjudul El Amarna Tablets 359-379. Suplement to JA. Knudtzon Die El AmarnaTafeln mit Einleitung und ErlSuterungen. 2nd ed. (Kevelaer/Neukirchen-Vluyn,1978) keduanya mendokumentasikan lempengan2 tanah liat berbahasa Akkadia di kawasan Mesir dan Palestina yg berdasarkan kajian kimiawi C14 dipastikan usianya sezaman dng Abraham. Menariknya, lempengan2 tanah liat yg menggunakan huruf Paku (Cuniform) itu berisi surat dagang. Bila sebuah entitas bahasa yg terkait dng masalah perdagangan dan ditemukan di wilayah-wilayah yg bukan wilayah kekuasaan pemilik asli penutur bahasa, maka bisa dipastikan bahwa bahasa tersebut telah diakui sbg bahasa LINGUÀ FRANCA pada zamannya. Jadi bahasa Akkadia (bhs Aram kuno), yakni bahasanya Abraham telah menjadi bhs perdagangan pada masanya. Itulah sebabnya Abraham bisa berkomunikasi dng Fir'aun dan Hagar, yg menurut Rashi sbg putri Fir'aun (Hagar bath Par'o hayetah) krn mereka berbicara dlm bhs Aram kuno/ Akkadia sbg bhs internasional pada zamannya, dan bisa dipastikan bahwa Abraham tidak mungkin berbicara dalam bahasa Koptik dengan Fir'aun, bahasa nasional bangsa Mesir kuno.

Sekedar informasi kepada para pembaca, terutama berkaitan dengan pernyataan Rashi bahwa Hagar bath Par'o hayetah (Hagar adalah puteri Fir'aun). Ini adalah pernyataan penting dalam Midrash. Ada persamaan tradisi transmisi keagamaan antara Islam dan Yahudi. Islam mengenal Tafsir bil Ma'tsur (Tafsir dng riwayat) sedangkan Yahudi mengenal Torah she be'al phe (Torah yg dilisankan). Tafsir bil Ma'tsur mengenal Sanad, sedangkan Torah she be'al phe mengenal sanah. Sanah dalam tradisi Yahudi diteruskan/diriwayatkan scr langsung periwayatannya/ disampaikan dari Rabbeinu Moshe 'alyeyv ha-shalom kemudian disampaikan kpd generasi Soferim, kemudian kpd generasi Tanna'im, kemudian kpd generasi Amoraim, kemudian kpd generasi Saboraim dan kemudian kpd generasi Geonim. Sistem periwayatan yg bersambung ini tercatat dalam Talmud Bavli, Seder Nezikin, khususnya Masekhet/ Traktat Pirke Avot (Wisdom of the Fathers). Jadi, Rashi sbg seorang dari angkatan generasi Geonim diterima periwayatannya dalam memahami Torah. Jadi, bila Rashi menyebutkan bahwa: " Hagar bath Par'o hayetah " (Hagar adalah anak perempuan Firaun), maka ini bukan pendapat Rashi, tapi nas Torah she be 'al phe berdasarkan Midrash yg diterima scr langsung penjelasannya oleh Rabbeinu Mosheh tatkala di gunung Sinai. Mosheh (Nabi Musa) menerima dua bagian dari Torah she be 'al phe di gunung Sinai, yakni Midrash dan Halacha. Itulah sebabnya para rabbi menerima midrash (tafsiran) itu dari Nabi Musa berdasarkan periwayatan yang bersambung.  


Sebagai Tambahan

TaNaKH, Sefer Bereshit (book of Genesis): 21:22 said "...... Elohim 'immecha be chol asher attah 'oseh" (GOD be with you in everything that you do). In Aramaic, Targum Onqelos narrated Sefer Bereshit 21:22 as follows: "...... Meimra de Alaha be sa'adekha" (the Meimra (Word) of the LORD helps you in everything that you do). This text refers to the deepest relationship between GOD and Avraham through His WORD. Indeed, the text refers to Avraham who will be with God; and everyone knows that this text has a link with the book of Isaiah 41:8 Avraham ochaviy (Avraham My companion) as a FRIEND of God, said the LORD. Sefer Bereshit 21:20 also said "va yehi Elohim et ha-na'ar va yigdal va yesev be midbar ....." (and God be with the child and he grew up. He dwelt in the wilderness....). Targum Onqelos narrated the text of Sefer Bereshit 21:20 as follows: "wa hawah Meimra de Alaha be sa'adeh de ravya u reva va yetev be midbera" (the Meimra (WORD) of the LORD was a help to the child and he grew up. He dwelt in the wilderness). The text refers to Ishmael and he will be with God because the WORD of God be with him. GOD will be with both, Avraham and Ishmael.


Ketiga: Kajian Linguistik Komparatif. 
Naskah Murashu berbahasa Akkadia/Aram kuno ( abad ke-6 SM.) lebih tua dibanding manuskrip Qumran berbahasa Ibrani (abad ke-2 SM.), bahkan lebih tua dibanding manuskrip Masoretik berbahasa Ibrani (abad ke-9 M.). Naskah Murashu berbahasa Akkadia/Aram kuno ini memakai tulisan Cuniform script/tulisan Paku yg ditulis pada masa Raja Darius II. Naskah ini telah diteliti oleh Albert T. Clay yg berjudul Business Documents of Murashu Sons of Nippur Dated in the Reign of Darius II. Pada naskah Murashu berbahasa Akkadia ini tertulis nama ISRAIL dan BABILI bukan YISRAEL dan BABEL. Penelitian inskripsi berdasarkan lempengan2 tanah liat oleh WG. Lambert dalam bukunya yg berjudul Babylonian Wisdom Literature (Eisenbrauns, Winona Lake -Indiana,: Oxford University Press, 1996), ia mengutip teks the Babylonian Theodicy bhs Akkadia sbb: il-ta-kan ilu ki-i mas-re-e kata-tu-ta ..... ki-i qi-rib same sib-qil-ili (my God decreed instead of wealth destitution.... the plans of the God like the centre of heaven), is-me-ma bar-ba-ru mat kal-bi na-dur lib-ba-su..... ra-ma-ta-ma ki-ma ili pu-luh-ta uz-za (the wolf heard the word of the dog. His heart became fearful..... you sit like a god clothed in awe anddread). Dalam Quran/bhs Arab, tertulis nama ISRAIL dan BABILI sama dng yg tertulis dalam naskah Murashu abad ke-6 SM., ISRAIL dan BABILI, sedangkan dalam manuskrip Masoretik bhs Ibrani tertulis YISRAEL dan BABEL. Begitu juga pada inskripsi Babylonian Literature bhs Akkadia tertulis IL (Tuhan) - ILU (Tuhan) - QIRIB (dekat) - SAME (sorga/langit) - KALBI (anjing), sepadan dalam teks Quran/bhs Arab tertulis IL (Tuhan) - ILAH (Tuhan) - QARIB (dekat) - SAMA' (sorga/langit) - KALBI (anjing), sedangkan dalam teka Masoret Ibrani tertulis EL (Tuhan) - ELOAH (Tuhan) - QEREB (dekat) -SHEMAYIM (sorga/langit) dan KELEB (anjing).  Hugo Winckler dalam bukunya Keilinschriftliches Textbuch zum Alten Testament (Leipziq: JC. Hinrichs'sche Buchhandlung, 1909) juga mengutip teks Babylonische Chronik IV.23 sbb: sat-tu kan a-rah Ni-sa-nu sab ma-tu Asyur a-na Misir (im zehnten jahreim Nisan zogen die Assyrer nach Agypten). Teks kutipan bhs Akkadia/Aram kuno ini membuktikan adanya kesejajaran antara kosakata bhs Akkadia dan kosakata bhs Arab;  dalam bahasa Akkadia tertulis MISIR dan dalam bhs Arab tertulis MISR yg bermakna negeri Mesir; sedangkan dalam bhs Ibrani/teks Masoret tertulis MITZRAYIM. Begitu juga Arthur Jeffery dalam karyanya yg berjudul The Foreign Vocabularies of the Quran telah menyatakan dan membuktikan adanya padanan istilah SHALAT dalam bhs Arab Quran dng istilah SHELOTA dalam bhs Syro-Aramaic; sedangkan dalam bhs Ibrani disebut TEFILAH. Iistilah Shelota dalam bhs Aram lebih dekat dng istilah Shalat dalam bhs Arab bila dibandingkan dng istilah Tefilah dalam bhs Ibrani. W. Montgomery Watt dalam karyanya yang berjudul Bell's Introduction to the Quran juga mengakui bahwa istilàh SURAT dalam bahasa Arab Quran ternyata ada kesepadanan dng kata SURTHA dalam bhs Syro-Aramaic. Ini merupakan bukti kuat yg diakui oleh para sarjana Orientalis tentang adanya penerusan tradisi budaya Aram-Mesopotamia ke dalam budaya Arab pada era Islam melalui kajian linguistik komparatif (filologi). Bahkan, Rashi juga mengakui bahwa Laban, sanak Abraham, orang Mesopotamia, yang hidup sezaman dng Abraham itu juga berbicara dalam bhs Aram kuno. Ketikà menafsirkan teks Sefer Bereshit/kitab Kejadian 31:47 Rashi menjelaskan: "Yegar-sahadutha derasho ha-Arami shel Galed (Yegar-sahadutha ini merupakan penjelasan dalam istilah bahasa Aram yg maknanya sama dng Galed). GALED merupakan istilah bhs Ibrani; sedangkan SAHADUTHA merupakan istilah bhs Aram kuno/bhs Akkadia era Abraham. Menariknya, istilah SAHADUTHA sepadan dng istilah SYAHADAT dalam bhs Arab yg maknanya 'kesaksian.' Ini merupakan bukti yg tdk bisa disangkal oleh siapapun bhw bahasa Aram kuno secara linguistik telah diterustradisikan dalam bhs Arab, khususnya bhs Arab Islam.

Berdasarkan bukti2 filologi dan linguistik komparatif yg merujuk pada inskripsi bhs Akkadia/Aram kuno zaman Abraham, ternyata bhs Aram kuno ini ada kedekatan dng bhs Arab Quran. Ini berarti bhs Arab lebih dekat dng bhs Aram kuno/Akkadia bila dibandingkan dng kedekatan antara bhs Aram kuno dng bhs Ibrani. Hal ini juga diteguhkan dng penelitian Christoph Luxenberg dalam bukunya berbahasa Jerman yg berjudul Die Syro-Arameische Lesart des Koran: Ein Beitrag zur Entschluesselung der Koransprache. Luxenberg mengakui adanya kesamaan, kesejajaran dan pelestarian leksikon (kosakata) bhs Aram dalam bhs Arab Quran, yg justru membuktikan bhw bhs Akkadia/Aram kuno sbg bhs asli tuturan Abraham terlestari dan terwariskan dalam format bhs Arab. Jadi, penyimpulan yg terlalu menyederhanakan masalah yg menyatakan bhw (1) bhs Ibrani adalah bhs Abrahàm dan (2) bhs Ibrani lebih dekat dng bhs Akkadia - ternyata tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena ahistoris dan tidak akademis.

The Yeshiva Institute

Comments